Rumput menyembul diantara gundukan kecil
helai layu bunga kamboja menghiasinya
sepasang kayu jati masih tampak kokoh
di bawah rindangnya pohon Kepuh
dan sekali lagi...
air mata menetes tanpa henti
tak dapat terbendung lara hati
meski tangan terus saja mengusap mata
tetap tak kuasa menahan pedih rasa
teringat janji yang tak lunas
teringat kata manis yang dulu terucap
teringat ketus kalimat dari mulut
teringat diri yang masih saja ingusan
rindu aku akan usap tanganmu
pun lembut tamparanmu di badan
tegas suaramu masih terngiang
dan keras tatapan saat ku alpa
tunggulah sebentar lagi ayah
anakmu masih terus berjalan
dalam maktub yang tak terbaca
pada jalan yang tak rata
hingga kelak
tangis ini
air mata ini
menjadi tangis dan air mata
bahagia
untukmu...
Pada pusaramu...
Ayah.
Pati, 28 Okt 2009.
Jumat, 30 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar